Nafsu Gila Janda Jongos Dan Pemuda Bejat

Posted on

Namaku Lily, usia baru 26 tahun dan sudah menikah dengan Michael, suamiku yang berusia 32 tahun. Sudah sekitar 3 tahun ini, kuarungi bahtera rumah tangga. Setelah menikah kami membeli rumah yang lumayan bagus di Kota Wisata, Cibubur. Setiap pagi pukul 6, suamiku yang adalah seorang manager sebuah bank asing berangkat kerja.

Sengaja ia berangkat pagi karena untuk menghindari macet dan dia baru pulang ke rumah sekitar pukul 9 atau 10 malam. Dia memang seorang yang sibuk dan bertanggung jawab dalam pekerjaannya. Hingga, akhirnya dia boleh dibilang sukses dalam meniti karirnya.

Oh iya, Michael anak pertama dari dua bersaudara. Adiknya bernama Linda, seorang wanita berusia 29 tahun, lebih tua sekitar 3 tahun dari aku. Ia sudah menikah dan sudah dikarunia seorang anak perempuan yang berusia 3 tahun. Ia menikah terlebih dahulu, meskipun dia adalah adik suamiku. Katanya yang aku dengar, Linda sudah hamil duluan. Untung pacarnya itu mau bertanggung jawab dan akhirnya menikahinya. Aku pernah bertanya:

“Kapan si Merry (anaknya itu) punya dede?”
“Ah, nanti sekitar 2 tahun lagi” jawabnya.

Linda dengan suaminya tinggal di Sentul City, rumahnya termasuk megah. Jarak satu rumah dengan rumah yang lain cukup jauh. Fasilitasnya pun lengkap, ada kolam renangnya. Di rumah itu, selain Linda tinggal dengan suami (Alex) dan anaknya, ada seorang babysitter yang merawat Merry, sepasang suami istri yang menjadi pembantu rumah dan supirnya.

Pak Abdul yang berusia 55 tahun dan bu Ijah yang berusia 52 tahun. Serta seorang anak Pak dan Bu Abdul, yakni Ujang. Usia Ujang sekitar 25 tahunan. Dia tidak pernah dapat pekerjaan tetap. Selama ini pekerjaannya serabutan, pernah jadi kuli tani, kuli angkut barang di Tanjung Priok dan terakhir menjadi tukang kebun dari rumah ke rumah.

Karena itu kulit Ujang hitam legam. Kelihatan bahwa dia adalah orang yang biasa bekerja kasar. Maklumlah, kata org tuanya, pendidikan Ujang tidak tamat SMP. Karena pekerjaannya yang tidak jelas, maka Alex dan Linda, atas permintaan kedua orang tuanya menerimanya bekerja di rumah mereka. Terkadang pekerjaannya menghidupkan mobil, nyapu ngepel, memotong rumput, membersihkan kolam renang, dsbnya.

Alex dan Linda memiliki 3 mobil, ada Mercy untuk keperluan Alex bekerja. Sebuah Alphard yang biasanya dipakai Merry untuk pergi ke pre-school dgn diantar oleh Pak Abdul dan babbysitternya dan sebuah BMW seri 5 yang biasa dibawa oleh Linda. Meskipun rumah itu besar, praktis rumah itu sepi, apalagi kalau Merry sudah pergi sekitar jam 9 pagi.

Baru pulang sekitar jam 3an lebih. Sedangkan Alex sama seperti Michael. Pergi pagi pulang malam. Bila mereka pergi semua, di rumah besar itu hanya ada Linda, bu Abdul dan Ujang. Terkadang bu Abdul pun sering pulang ke rumahnya, di sebuah kampung yang jaraknya 20 km.

Linda memang senang jalan dan sering ajak aku kalau jalan-jalan. Tempat yang kami kunjungi biasanya mall. Maklum untuk rilex. Perlu diketahui bahwa Linda adalah tipe perempuan yang necis, wangi, dengan pakaian dan tas bermerk. Kulitnya begitu putih. Maklum setiap minggu dia luluran di spa terkenal di daerah Jakarta Pusat.

Kadangkala kalo pergi dengannyaa, terkadang Linda menjadi objek tatapan mata lelaki iseng. Maklumlah, tidak pernah ia memakai pakaian tertutup. Dengan santai dan berani, ia biasa pakai tank top dan rok mini jeansnya. Sehingga belahan dada, dan pahanya selalu menjadi sasaran tatapan mata liar para lelaki yang melihatnya.

Pastilah setiap lelaki yang melihatnya akan terpesona akan keseksiannya. Memang, ci Linda begitu cantik, putih bersih, mulus, dengan dada yang lemayan besar. Pinggang yang ramping. Kalau melihat dia memakai rok mini, betapa putih, segar dan mulusnya paha itu. Akupun yang tadinya agak malu memakai pakaian seperti itu jadi berani juga mencobanya.

Memang betapa bangganya hati ini bila ada yang memperhatikan aku. Aku pun boleh dibilang cantik. Kulitku pun sama putihnya dgn ci Linda. Maklumlah kami adalah orang Chinese dan kebetulan dari keluarga berada. Waktu SMA saja ada 5 cowok temanku yang memperebutkan aku.

Mereka ingin menjadi pacarku. Terkadang, bila ci Linda tidak mengajakku jalan, aku kerap ke rumahnya. Toh hanya sekitar 35 menitan dari rumahku ke rumahnya. Biasanya aku nyetir mobil Camry sendiri. Maklum tidak ada supir. Yang ada hanya pembantu cowok yang tololnya minta ampun.

Usianyapun sebaya dengan Ujang. Nama pembantu di rumahku Otong, usianya pun msh muda, sekitar 23 tahun. Biasanya sekitar jam 10an aku berangkat ke rumah Linda. Begitu sampai di halaman rumah itu, kulihat Ujang menghampiriku. Lho koq Ujang telanjang dada, tidak pakai kaos dan hanya mengenakan celana pendek saja.

“Ah, mungkin sedang sibuk memotong rumput lalu keringetan” begitu pikirku.

Meski badannya kurus, dan mukanya kampungan dan jelek, aku bisa melihat betapa Ujang begitu kekar. Otot-otot tangan dan kakinya begitu kekar. Dengan balutan tubuh yang hitam legam dan tidak terlalu tinggi, aku bisa melihat betapa machonya pemuda ini. Setelah aku masuk ke ruangan tamu Ci Linda menghampiriku. Seperti biasa kami cipika-cipiki dulu sebelum duduk.

“Ci, ngapain aja nih?” tanyaku sambil memperhatikannya.
“Lagi santai aja di rumah. Tuh lagi ngurus tanaman”.

Penampilan ci Linda kali ini sangat seksi sekali. Aku terkagum-kagum oleh tubuhnya yang begitu menantang. Ci Linda mengenakan tank top berwarna putih yang begitu pendek sehingga memperlihatkan setengah payudaranya dan sebagian perutnya. Betapa putih dan mulusnya pangkal lengan, payudara dan perutnya.

Pusernya pun bebas ke mana-mana. Dan, beraninya lagi, dia tidak memakai bh. Jelas puting susunya membayang di balik kaosnya. Celana hotpans berwarna krem yang dikenakannya juga begitu pendek sekali. Bukan hanya pahanya yang kelihatan. Pangkal pahanya dan bongkahan pantatnya yang menawan itu pun begitu menantang. Kalau diperhatikan terus, bisa kelihatan bayang-bayang hitam bulu kemaluannya. Apakah ci Linda tidak pakai cd juga?

“Iya nih hawanya panas, makanya cici pakai baju santai aja. Sambil ngurus tanaman”. “Oh yah ci, sama si Ujang??” kataku, lalu melanjuntukan, “Kan pakaian cici hot banget, nggak pakai bh dan celdam lagi, ntar si Ujang ngaceng lho, hehehehe?” candaku.

“Ah mana berani dia sama aku, paling cuma lihat aja. Paling cuma ngaceng aja. Nggak level lah, hihihi” katanya sambil melihat Ujang yang lagi asyik mencabuti rumput liar di halaman samping.

Tampak keringat Ujang yang menetes melumuri tubuh hitam legamnya.
“Koq si Ujang juga telanjang sih? Apa cici nggak risih?” tanyaku.

“Ah, nggak apa-apa. Cici sih no problem” katanya.Memang Ci Linda dan aku mengakui, meskipun Ujang tampangnya jelek. Tapi badannya perkasa, termasuk idaman perempuan kali.

“Hati-hati aja diperkosa lho ci? Apalagi cici cantik dan seksi. Mana rumah sepi lagi. Cuma cici berdua dengan Ujang” kataku memperingati.

“Oh yah, hehehe. Jangan dong…jangan sampai nggak. Hehehehe”.
Aku kaget dengan kalimat terakhirnya itu. Lalu aku timpali
“Mau ci diperkosa orang kampung? tiko kaya gitu. Hitam dan jelek lagi”

Ci Linda menimpali “Ah, cici kan mesti pilih-pilih dulu. Meskipun sudah jarang dapet jatah batin. Kan mesti selektif”.
Oh rupanya aku ngerti kalo ci Linda sudah jarang dapat nafkah batin dari suaminya. Lalu aku bertanya
“Lha kalo kepengen ci?”
Ci Linda menjawab dengan bercanda “Ada ketimun….hehehe”.

“Ci liat tuh, kelihatannya Ujang tadi ngelirik terus ke cici lho… jangan-jangan dia nafsu juga. Dia ngelirik ke payudara dan paha cici terus. Daripada pakai ketimun ci, enakan yang asli lho. Hehehe. Kelihatannya sudah ngaceng tuh si Ujang” aku menggodanya.

“Memang gede banget…eh nggak, bisa aja sih begitu. Ah kamu ada-ada aja nih?”

Aku agak terkejut mendengar pengakuannya itu. Koq ci Linda bisa bilang “memang gede banget”. Aku berpura-pura tidak menangkap. Aku berpikir, jangan-jangan ada sesuatu dengan ci Linda dan Ujang, si jongos itu. Habis, sudah sekitar 10 hari ini jarang ngajak aku pergi.

Dan kenapa Ci Linda tampil begitu seksi dan Ujang telanjang dada. Kami pun melanjuntkan ngobrol sebentar. Sekitar 30 menit, aku pamitan. Ada senyum yang lebar di bibir Ci Linda ketika aku pamitan pulang. Ci Linda menghantarku ke mobil. Aku melirik ke Ujang yang dari tadi memperhatikan Ci Linda dan aku yang meninggalkan rumah itu.

Dalam hati aku berpikir, aku akan keliling kompleks ini, membeli bakmi dan pura-pura mengantar bakmi itu. Aku tidak memberitahu ci Linda, akan datang sekitar 30 menitan lagi. Aku pun keluar dengan mobilku dan mau melihat apa yang terjadi selanjutnya antara nyonya dan kacungnya itu.

Setelah membeli bakmi dan kembali ke rumah ci Linda yang hanya ditemani Ujang, kulihat rumah itu sepi. Kebetulan pintunya tidak dikunci aku pun masuk ke dalam. Aku mengendap-endap masuk ke rumah besar itu. Tidak kutemukan Ujang di halaman samping. Aku pun naik ke kamar Ci Linda, tidak ada dia di sana.

Di kamar anaka-anak dan di ruang studio juga tidak ada siapapun. Kamar tamu pun kosong, garasi juga kosong. Oh iya, ada satu bagian lagi yang belum kulihat, kamar pembantu di mana Ujang sering tidur di sana. Orang tuanya tidak tidur di kamar itu.

Mereka akan pulang bila pekerjaan sudah beres kecuali Ujang dan babbysitter, yang mendapat kamar khusus dekat kamar Merry. Karena diberi gaji 3x lipat dan mendapat banyak tunjangan, maka babysitter itu mau bekerja 24 jam. Aku naik perlahan-lahan menaiki tangga kecil di belakang garasi menuju kamar Ujang.

Aku agak terkejut sebab baru naik beberapa langkah, aku melihat tank top putih yang tadi dipakai ci Linda tergeletak begitu saja. Dan beberapa langkah setelah itu, aku pun melihat celana hotpans krem yang juga dipakai Linda. Akupun berpikir dalam hati, jangan-jangan ci Linda benar-benar diperkosa.

Tapi kenapa pakaian ci Linda berserakan di sini? Perlahan aku menaiki tangga itu. Dan aku mulai menangkap ada suara… Yah itu suara tawa kegelian Ci Linda. Aku berpikir apa yang menyebabkan Ci Linda cekikikan. Dan kudengan lagi suaraa lelaki…iya tidak salah lagi itu suara Ujang.

Apa yah yang mereka lakukan di dalam. Aku pun perlahan mengintip dari kaca nako, apa yang kulihat di dalam. Astaga…benar-benar pemandangan yang bisa bikin heboh. Benar saja, ci Linda sudah bugil alias telanjang bulat telentang di atas kasur tidur Ujang. Ujang masih mengenakan celdamnya yang sudah usang.

Ci Linda tidak berusaha menutupi tubuhnya. Tetapi membiarkan mata jongosnya itu melahap tubuh bugilnya yang putih bak pualam dan mulus itu. Ci Linda pun sengaja merentangkan pahanya yang putih memperlihatkan vaginanya yang merah jambu.

“Kenapa say? Kamu nafsu yah kalau lihat aku bugil” katanya seraya menggoda Ujang.
“I…iya nyah… Nyonya putih sekali, cantik, dan mulus”.
“Yang bener Jang. Toketku gimana menurutmu?” tanya Ci Linda.

“Luar biasa Nyah. Toket nyonya besar dan montok. Pentilnya ini lho merah jambu” jawab Ujang sambil mengelusi paha putih bening Ci Linda.
Sambil melipat paha ci Linda dan merentangkannya, Ujang dapat dengan jelas melihat vagina cici iparku itu.

“Coba Jang, lihat vaginaku” sahut Ci Linda sambil membukakan bibir vaginanya dengan jari
“Iya nyah, memek nyonya cuma segaris yah”. katanya gugup.
“Kamu sering ngintip aku kan kalau aku pakai baju seksi?” tanya ci Linda.

Ujang cuma mengangguk dan mengiyakannya.
“Iya, nyonya seksi sekali kalau di rumah. Kontol saya selalu ngaceng kalo lihat nyonya di rumah. Apalagi kalo lihat nyonya berenang. Ujang bener-bener nggak kuat”.

Nah itu akibatnya kalo ci Linda pakai baju super seksi di rumah, pikirku
“Jujur aja Ujang pernah lihat nyonya melepaskan pakaian renang sampai bugil. Lalu nyonya menutup tubuh pake handuk”.

“Hehehe kalo dulu kan cuma lihat, itupun nggak jelas. Kalo sekarang… silahkan lihat sepuasnya… lihat payudaraku, vaginaku, tubuhku yang bugil ini.”

“Iya nyah…tubuh nyonya bagus sekali. Saya raba yah”.
“Iya Jang, rabalah sepuasmu. Nikmati tubuh bugil nyonyamu…nikmati sepuasmu” kata Linda mendesah ketika jari-jari Ujang mengelus bibir kemaluannya.

Ujangpun kagum melihat payudara montok Ci Linda. Lalu dirabanya juga.
“Diremas Jang, toket saya. Seperti kemarin itu”.

Hah rupanya ci Linda sudah pernah melakukannya dengan Ujang. Tapi yah sudahlah, Ujang memang beruntung. Atau keduanya beruntung. Ujangpun meremas-remas kedua payudara Ci Linda yang putih mulus itu. Sambil tangannya memijiti kedua putingnya. “Aaaaahhhh ee…eee..nnnakk Jang. Terusinnn!!” dari desahannya terlihat kalau ci Linda sudah nafsu sekali.

“Saya isep yah nyah” kata Ujang.
“Boleh aja say…eeehhhh aaaaahhh eeehhh enak sekali Jang.”

Ujangpun sudah melahap puting payudara ci Linda. Dilahapnya payudara itu. Diisap dan digigit lembut. Ujang terus mencumbunya sambil tangannya meremasi payudara yang satunya lagi. Hanya erangan yang keluar dari mulut ci Linda, seperti orang kepedasan. Sambil memejamkan matanya ci Linda terus menerus mendesah keenakan.

“Enak yah nyah?”
“Luar biasa Jang. Suami saya aja sedotannya kurang mantap dibanding kamu eeeehhh aaaahhh”.

Ujangpun begitu nafsu memberi service pada payudara ci Linda. Setelah situasi sudah tenang, dan ci Linda tidak mengerang lagi, tiba-tiba Ujang menyambar bibir ci Linda yang tipis itu dengan bibirnya yang dower. Bibir Ujang menempel erat pada bibir ci Linda. Luar biasa mereka berciuman dari bibir ke bibir, seperti layaknya sepasang kekasih.

Padahal mereka adalah Nyonya dan jongosnya. Sambil mencium bibir ci Linda, Ujang berkali-kali meremas dada ci Linda. Lalu Ujang kembali menelusuri lembutnya perut ci Linda. Memainkan jarinya di sekitar pusarnya. Lalu dielusnya bulu kemaluan ci Linda.

“Jembutnya tebal yah nyah”.
Ci Linda hanya bergumam lirih menahan nafsunya. “Iiiyyyyaaahhh, oohhh eeennakkk Jjjanngg.ehg”

Aku membayangkan betapa nikmatnya sensasi yang dialami ci Linda. Ia pun melebarkan pahanya. Sambil terus berpagutan, Ujang meraba vagina ci Linda

“Memeknya rapet banget nyah… Legit nih. Pegang ah”.
“Eeeggghhh aaahhh” ci Linda mengeluh nikmat.

Ujang mengelus liang vaginanya dengan penuh nafsu. Ci Linda mengangkangkan pahanya selebar-lebarnya membiarkan vaginanya diobok-obok Ujang.

“Wuiihh memek nyonya rapet banget. Memek nyonya amoy nih. Cantik lagi”.
“Eeegghhh aaahhh eehh sssttt sstt”. Ci Linda mendesah kenikmatan.
“Enak nggak nyah, memeknya diobok-obok jongos?”
“Aaahhh nnnaaaa…kkaaalll kaaammmuuu Jaannnggg hhhh.”

Muka ci Linda sudah merah karena vaginanya terus diraba dengan kasar oleh Ujang. Lengan Ujang yang hitam itu bermain di selangkangan putih dan vagina sempit itu. Jari-jari Ujang yang kasar terus menggesek vagina ci Linda. Terlihat jari-jari yang besar dan panjang itu menggesek vagina ci Linda.

Akhirnya Ujang membuka liang vagina ci Linda. Dipandanginya vagina itu dengan penuh kagum. Lubangnya terlihat masih seret dan sudah basah.

“Nyonya sudah nafsu yah?” goda Ujang sambil bermain di bibir lubang vagina ci Linda. “iiiyyyaaahhh Jjaannnggg ehh. Eeennnaaakkk…”

“Memek nyonya dientot sama jari Ujang dulu yah?”
“Iiiyyyaa Jangggg.. Oohhhh puuaasskan akkuuu…”
“Eeegghh aaaduuuhhhh Jaaaannngggg, ennnaaaakkk ssee….kkkaa…llliiii….”

Mata ci Linda tiba-tiba mendelik karena Ujang memasukkan jari tengahnya ke dalam vaginanya.
“Peret banget nyah. Sempit amat”

Aku melihat jari tengah Ujang yang besar dan panjang itu, perlahan-lahan masuk ke dalam vagina ci Linda. Baru masuk setengah saja sudah seperti cacing kepanasan, apalagi semua. Pikirku dalam hati.

“Ooooohhhhhggghhhh….eeesssstttt” lenguhan kencang diikuti mata ci Linda yang mendelik, ketika akhirnya jari tengah Ujang, jongosnya itu, masuk seluruhnya ke liang vaginanya.

Sekujur tubuh ci Linda di basahi keringat dan dialiri nafsu birahi yang menggelegar ketika vaginanya digempur oleh jari tengah Ujang. Jari Ujangpun menyentuh klitorisnya dan memainkannya. Ci Linda kelihatan sudah dikuasai nafsu. Ia tidak melihat derajatnya yang adalah nyonya majikan dan Ujang adalah jongosnya. Yang ada pada mereka bukan hanya perbedaan status, tapi juga ras dan warna kulit, cantik dengan jelek.

Ujang nampak semakin dalam mengobok-obok vagina ci Linda. Untuk meningkatkan nafsu nyonyanya, Ujang pun terus menciumi payudaranya sambil menyedoti puting susunya. Tampak tanda-tanda kemerahan seperti cupangan di sekujur payudaranya. Putingnya sudah menegang keras ngacung dan terus dihisap Ujang.

“Nyah…memeknya sudah basah nih. Enak yah nyah???”
“Niikk…mmaaatt Jaannnggg. Ohgghhh”.

Saya bisa membayangkan betapa nikmatnya ci Linda sambil telentang di ranjang itu, sedang dioboki Ujang. Nampak ci Linda pun menaik turunkan pantatnya mengikuti kocokan jari Ujang.

“Ooogghhh JJaaanngg, akkuu …mm…aa..uu ke…lluu…aaarrr ehhhhh.”
“Ayo nyah keluarin. Saya kocok yah.”

“Ooohhh Jjaaannggg….aakkkuuu keee…llluuu…aaaarrr…oooooouuugghhhhhh!” Ci Linda menaikkan pantatnya, sedangkan Ujang menekan jari tangannya dalam-dalam sambil mempermainkan klitorisnya. Jari Ujang masih berada di dalam liang senggama ci Linda. Tampak ci Linda sungguh puas akan kocokan jari Ujang.

“Luar biasa Jang enak banget”.

“Iya, nih jari saya basah sama lendir memeknya nyonya” kata Ujang memperlihatkan lendir di jarinya kepada ci Linda, lalu Ujang menjilat jarinya itu.
“Luar biasa Jang, jarimu saja bisa bikin aku orgasme” kata ci Linda.

“Kalo gitu naikkin dong gaji Ujang?” begitu permintaan Ujang.
“Iya deh, aku naikkan 3x lipat, asal Ujang bisa bikin aku puas”.

“Ok nyah, pokoknya Ujang akan bikin Nyonya puas. Ini baru dengan jari. Belum sama kontol Ujuang yang yahud. Kalo gaji Ujang dinaikkin, nanti saya akan naikkin nyonya dan genjot nyonya sampai puas deh” kata Ujang sambil kembali mengelus bulu jembut ci Linda yang lebat.

“Kenapa Jang?” tanya ci Linda melihat Ujang terpana di depan vaginanya yang tertutup bulu hitam lebat itu
“Lihat memek nyonya dong”.

Tanpa malu-malu ci Linda membuka pahanya membiarkan jongosnya melihat vaginanya. Bukan cuma melihat, Ujang pun menciumi paha dan selangkangan ci Linda dengan lidahnya.
“Gila Jang, geli bangeeett” kata ci Linda.

Dia pun pasrah memperlihatkan vaginanya ke Ujang. Betapa beruntungnya Ujang bisa menikmati ci Linda yang cantik ini. Lalu “eeehhh”. Rupanya Ujang sudah menjilati vagina itu. Kembali vagina itu diciumi dan dijilati Ujang. Lidahnya nampak bermain di dalam rongga vagina ci Linda, menyentuh klitorisnya.

“JJaanngg?” tampak ci Linda berbicara. “kontolnya dong”.
“Oh nyonya mau kontol saya?” sahut Ujang antusias.
“Mau dong kontol kamu yang besar”

Ujang lalu memelorotkan cdnya yang kusam dan dekil itu. Lalu…astaga tersembullah penis Ujang yang hitam, tapi besar dan panjang. Ada sekitar 25 cm panjangnya, diameternya sekitar 8 cm. Jauh lebih besar dari penis suami saya, ada sekitar 3x besarnya. Aku mau tidak mau jadi terangsang juga menyaksikannya

“Besar mana dengan kontol tuan, nya?” tanya Ujang menggoda.
“Jauh lebih besar dan lebih nikmat kontolmu Jang. Punya tuan kecil, cuma sepertiganya aja. Cuma bisa buat ngilik-ngilik aja”.

“Nggak apa nyah kalo nyonya mau dientot sama kontol Ujang, bilang aja. Pokoknya Ujang siap entotin nyonya kapanpun juga”.
“Wah sama-sama untung dong kalo begitu”, kataku membatin.

“Nih kontol Ujang. Isep dong nyah, seperti kemarin”.
“Ok say, saya juga udah kepengen”.
Jari-jari halus ci Linda memegang penis itu dan mengurut-urutnya.
“Saya berdiri nyah. Nyonya berlutut di depan saya” perintah Ujang.

Gila…Ci Linda kini mengikuti perintah Ujang, dia pun berlutut di depan Ujang dan membuka mulutnya. Seorang wanita Chinese, dalam keadaan bugil, polos berlutut di depan jongosnya yang hitam, pribumi, memanggilnya dengan ‘say’ pula, bulu kudukku merinding menyaksikan kegilan mereka. Ujang menyodorkan penisnya ke mulut ci Linda.

“Sekarang mulut nyonya, Ujang entot yah”.

“Oohh”, kini Ujang yang merasakan nikmat ketika penisnya dikulum dan dihisap ci Linda. Tampak Ujang memaju mundurkan pantatnya seperti orang bersetubuh, tapi dilakukan di mulut ci Linda.

“Enak sekali nyaahh. Nyonya hobby nyepong juga yah…”.

Saking nikmatnya ujang memegang kepala ci Linda sambil menekannya kuat-kuat supaya penisnya masuk ke dalam mulut, bahkan kerongkongan ci Linda. Gilanya ci Linda ini, kepalanya dipegang dan ditekan ke penisnya. Bergantian tangan Ujang kiri dan kanan meremasi rambut kepala ci Linda, bahkan kedua tangan itupun menekan kepala dan sesekali agak menjambak rambut majikannya yang sebahu itu.

Luar biasa pemandangan yang aku lihat. Betapa nikmatnya ci Linda menikmati penis itu. Dan betapa nikmatnya Ujang, jongosnya menikmati service sepongan dari sang nyonyanya yang cantik itu.

Ada sekitar 10 menit, penis Ujang diemut. Akhirnya ci Linda bilang ke Ujang:
“Jang, sekarang entot vagina aku yah”.
“Beres nyah, sekarang nyonya telentang dan ngangkang deh” timpal Ujang.

Ci Linda naik merebahkan tubuh mulusnya telentang untuk dicoblos penis Ujang yang sudah ereksi full. Setelah mengangkangkan pahanya, kembali Ujang bergumam:
“luar biasa memek ini, nikmat banget”.

Tadi saja, dimasukin jari Ujang terasa peret banget. Apalagi kalau dimasukkin penisnya itu. Bagaimana yah reaksi ci Linda? Aku makin penasaran. Ujang memegang penisnya lalu mengarahkannya ke liang vagina ci Linda.

“Eeehhhh!!” erang ci Linda.
“Sempit banget nyah, memek nyonya” kata Ujang yang memasukkan kepala penisnya yang luar biasa besar itu.
Baru kepala penisnya masuk, ci Linda mengejang

“pelan-pelan Jang….kkoonnttoooollll kkaaammuu eeehhh…gggeeedddeee siiihh”.
“Iya nyah, ini juga sudah pelan. Ujang tekan pelan-pelan yah, tahan!”
Ci Linda tampak menikmati penetrasi oleh penis Ujang yang mantap perkasa itu.

“Oooohhhh sssaaaakkkiiiittt Jaaa…nnnggg. Phee…lllaannn- phhheee….lllllaaannn JJJaaa….nnnggg”.
Kelihatan penis Ujang sudah masuk setengahnya.
“Iya nyah. Memek nyonya juga peret sis. Sempit banget. Coba nyonya buka lagi pahanya agak lebar biar saya tarik dulu”.

“IIIyyyaaa JJaanngg, ka..mmuu ttaarrriiikkk dduulluuu yaaahh”. Ci Linda mengangkangkan pahanya lebih lebar dengan maksud supaya Ujang menarik dulu penisnya dari liang vaginanya, tapi apa yang terjadi…

“Oooohhhh…..nnnaaa….kkkkkaaaaaalllll kkkaaaaammmmuuu JJJaaannnggg. Jjjeebboolll deeehh me…mheeekk kuuu..”

Ujang bukannya menarik penisnya, tapi justru menekan pantatnya sedalam-dalamnya ke selangkangan ci Linda sehingga penis yang hitam dan besar itu masuk sepenuhnya. Selanjutnya Ujang mengenjot vagina ci Linda dengan penisnya. Setelah keluar masuk beberapa kali, dan sudah keluar minyak pelumasnya, kini ci Lina tidak lagi merasa sakit. Yang dirasakan justru kenikmatan yang luar biasa.

“Enak yah nyah, kontol saya ini”
“EEhhmm en…tttooottt te…rrruuusss Jaaannnggh”.

Tak bisa kubayangkan vagina ci Linda digenjot oleh penis yang besar itu. Terdengar suara mendesah kenikmatan dari mereka berdua, nyonya dan jongosnya. Tubuh putih mulus bak pualam ditindih tubuh hitam legam dengan penis yang mengacung besar menancap di vagina sang nyonya. Ada sekitar setengah jam Ujang mengenjot nyonyanya.

Tubuh ci Linda ditindihnya sambil mendesak-desakkan penisnya masuk mengobrak abrik vaginanya. Goyangan pantat kedua insan itu terlihat bersemangat. Selama 30 menit, kelihatannya ci Linda orgasme sampai 5x. Tentu saja ini tidak pernah ia dapatkan dari suaminya. Akhirnya Ujangpun mempercepat genjotannya

“ke…luarin di ma…na nih nyah…. peju… saaa..ya???”.
“Di dalam aja Jaaannnggg ooohhh”.
“Ng…gak ta…khuut hamm…miil nyah??”.
“Akkuu ppaakkaaii ka…bbe”.

“Iiyyaa nnyyaahh, leeebbiihhh….ennaakk di daallaamm yyaahh…ooohhh ssssaaa….yyyyaaaaa…kheeee….llluuu…aarrr nnyyyaaahhh..oooohhhh”
“iyaaaa Jaaa….nnngg….akkhhuuu juuugggaaaa khheee…lluuuuaaaarrrr laaaaa….ghhhiii, oouuugggghhhh”.

Terdengar lenguhan mereka berdua. Kembali ci Linda orgasme untuk ke 6x nya. Ujang pun sudah sampai pada puncaknya. Sambil Ujang menekankan pantatnya, ci Linda menaikkan pantatnya, sehingga kelihatan gerakan turun naik yang penuh nafsu itu. Akhirnya…. Crrooottt ccrrrooottt ccrrrooootttt.

Ujang menyemburkan spermanya di dalam himpitan vagina ci Linda. Akhirnya tubuh mereka pun melemas. Dengan masih menindih tubuh ci Linda, tampak Ujang memeluk ci Linda dan ci Linda pun menyambut pelukan itu. Dalam keadaan bugil mereka berpelukan. Yang terlihat adalah kepuasan dalam diri mereka.

Kelihatannya Ujang bagaikan kucing yang diberi daging nikmat. Kenapa ci Linda membiarkan dirinya disetubuhi Ujang yang adalah jongosnya. Bukankah ketika kuliah dulu, banyak cowok-cowok kaya dari kalangan elit mendekatinya untuk menjadi pacarnya. Seribu satu pertanyaan memenuhi benakku dan jantungku sangat berdebar-debar menyaksikan mereka. Ah naluri seksku bangkit dan tak bisa kusangkal aku juga merasa ingin merasakan kenikmatan yang dirasakan ci Linda tadi.